Kamis, 21 April 2016

Karena Tidak Sependapat

Karena ada beberapa hal yang belum kami sepakati, korespondensi kami terus berlanjut.

Saya mengirim berbaris-baris paragraf kepadanya demi melindungi beberapa kalimat dalam cerita saya. Caranya berkomunikasi pun senantiasa berubah. Dari yang awalnya formal, menghangat, lalu semakin serius, hingga pada e-mail yang baru saja saya terima, kata-katanya sarat muatan pasif-agresif.

Saya pun penasaran seperti apa sosoknya. Selama ini, kami hanya berhubungan lewat serangkaian e-mail yang tak berwajah. Setelah googling, saya mendapati sesosok tinggi, ganteng, dan berprestasi menjulang. Jawaban-jawabannya di Ask.FM jernih dan jenaka.

Karena sedang tidak sependapat dengannya, serta-merta saya merasa merupakan kebalikan dari semua sifat tersebut: pendek, jelek, dan 'berprestasi' jeblok. Yang jika menjelaskan sesuatu, keruh dan terlalu serius.

Rabu, 13 April 2016

Pertanyaan Kang Iwan


Jadi di kantor, ada penulis cerita anak yang saya suka, namanya Iwan Yuswandi. Kang Iwan ini umurnya sekarang sudah empat puluhan tahun, tapi kelihatan jauh lebih muda. Rahasianya mungkin selain gemar olahraga, beliau juga masih mengajukan pertanyaan yang ditanyakan anak-anak. Cerita Kang Iwan sederhana: tentang kelinci yang penasaran di mana ujung pelangi, gajah yang ingin melihat lukisan tikus, juga anak laki-laki yang tiba-tiba bangun dengan sayap yang bisa membawanya terbang keluar rumah. Namun di balik kesederhanaan dan ilustrasi cerita yang lucu, bersembunyi pertanyaan tentang kehidupan yang sudah tidak saya tanyakan lagi. Pertanyaan seperti: kenapa orang perlu mengejar cita-cita? Atau, seperti apa rumah yang saya dambakan?




Tentu saja saya mau belajar menulis cerita-cerita seperti buatan Kang Iwan. Pernah saya tanya, "Kang Iwan waktu bikin buku bergambar mulainya dari mana?" Katanya, "Judul." Konon begitu ketemu judulnya, Kang Iwan sudah bisa membayangkan seperti apa cerita dalam bukunya.

Nah, beberapa waktu lalu saya menemukan buku terbaru Kang Iwan, Mencari Telinga Bumi. Buku itu termasuk karyanya yang saya sukaaa sekali. Setelah membacanya, saya mengirimkan kesan saya kepada Kang Iwan lewat jaringan messenger kantor. Kira-kira beginilah isinya:


Kang Iwan, saya sudah baca Mencari Telinga Bumi. : )



Waktu pertama kali membaca judulnya, "Mencari Telinga ...", saya kira ceritanya tentang tokoh yang ingin  curhat -> dia lantas mencari telinga yang mau mendengarkan ceritanya.

Setelah baca bukunya, telinga yang dia cari dan apa yang mau dia sampaikan rupanya lebih spesifik lagi. Si Tupai mau bertanya kepada Bumi. "Apa kamu nggak pusing dan capek karena berputar terus?"

Saya suka ceritanya. Kadang saya juga punya pertanyaan  yang mirip seperti pertanyaan tupai: "Apa kamu nggak pusing dan capek karena setiap hari mesti 'berputar' mengikuti roda kehidupan? Dan untuk apa kamu terus melakukannya?"

Menurut saya, telinga itu sesuatu yang lucu. Jika terlahir sehat, semua orang punya daun telinga dan kemampuan untuk mendengar. Tapi tanpa cermin, kita nggak bisa melihat daun telinga kita sendiri. Mau menoleh seperti apapun, saya nggak bisa memastikan kalau saya punya telinga. Jika saya berhadapan dengan orang lain, dan kedua tangan saya sibuk, satu-satunya yang menyadarkan saya bahwa telinga saya masih di sana adalah kemampuan mendengarkan.

Saya menangkap, ketika tupai ingin bertanya kepada bumi. Sebetulnya dia ingin bertanya kepada Tuhan. Pertanyaannya itu merupakan doa. Saya percaya bumi, yang merupakan ciptaan Tuhan, sebetulnya 'bertelinga' sebagaimana manusia. Bumi punya kemampuan untuk mendengarkan, meskipun kita nggak tahu di mana letak telinganya.

Sebetulnya saya kurang religius, tapi saya percaya Tuhan ada di mana-mana. Termasuk dalam diri saya sendiri. Ketika saya berdoa, saya nggak merasa sedang bercerita dengan Tuhan di luar sana, tapi dengan Tuhan dalam diri saya.

Saya pikir, selain bertanya kepada lubang dan akhirnya mendapat jawaban dari si kodok. Si Tupai sebetulnya bisa bertanya kepada dirinya sendiri. Pertanyaan "Kenapa Bumi nggak capek berputar?" mungkin jawabannya mirip dengan "Kenapa Tupai nggak capek terus-terusan bangun dan beraktivitas setiap harinya?"

Saya juga merasa, ketika mencari telinga orang lain yang mau mendengarkan cerita saya, saya sering lupa bahwa saya juga punya telinga yang mampu mendengar diri saya sendiri.

Terus jawaban Kang Iwan seperti ini:

Terima kasih Andika, ya semakin banyak saya menulis sebetulnya saya jadi bisa melihat diri saya sendiri seperti apa... tulisan saya tidak akan jauh dari tema-tema seperti itu walaupun tanpa disetting. Itu sudah alam bawah sadar saya....

***

Selasa, 05 April 2016

Segala Pengetahuan Tersebut

Tadi pagi, sesungguhnya kamu hanya iseng mencari tahu karya yang tengah dia kerjakan. Lalu kamu jadi tahu ternyata hari ini dia berulang tahun yang ke-24. Dan kamu tak cuma tahu bahwa karyanya berhubungan dengan surat, tapi juga dia berzodiak Aries. Kamu tahu karena mencari tahu, bahwasanya menurut astrologi, Aries dan Sagittarius merupakan pasangan serasi: "The chemistry between you is awesome, and sex will never be boring." Kamu hanya belum tahu cara menggunakan segala pengetahuan tersebut.