PERANGKAT:
Alat Tulis
Timer
BAHAN:
Sekurang-kurangnya dua orang partisipan, masing-masing dengan sebuah mata atau lebih yang dapat melihat.
LANGKAH:
1. Para partisipan duduk berhadapan dalam jarak yang mungkin untuk melakukan percakapan.
2. Partisipan memandang mata orang yang duduk di hadapannya.
3. Alarm disetel untuk berbunyi setelah dua menit berlalu.
4. Partisipan mencatat apapun yang terlintas di benaknya selama dan setelah kegiatan memandang mata.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:
- Partisipan saling memandang satu sama lain tanpa saling bicara.
- Jangan lupa bernapas.
(Kamis lalu (13/9), kami, peserta klab nulis Couchsurfing, melakukan percobaan tersebut. Saya berhadapan dengan Firdhan. Ini catatan hal-hal yang terlintas di benak saya selama dan setelah kegiatan saling berpandangan mata:
Saya merasa tenang ketika bertatapan dengan Firdhan. Nggak ada lagi hal penting yang ingin saya sampaikan kepadanya.
Di sisi lain, saya melihatnya mungkin tidak tenang. Matanya sering berkedip. Napasnya terburu-buru. Saya ingin bilang, "Tenang saja. Saya nggak berniat melakukan apapun yang membahayakanmu."
Saya pikir, memang ada hal yang bisa disampaikan oleh mata yang bertemu mata, tapi ada juga yang nggak bisa disampaikan.
Dengan mata, saya nggak bisa menyampaikan bahwa saya baru saja makan Ifumie di kaki lima langganan yang malam itu agak pesing. Bahwa ada orang (atau hewan) yang rupanya berpikir bahwa pipis di sana merupakan ide bagus. Namun dari tatapan mata orang lain, saya bisa menangkap perasaan tersakiti, geli, bahagia, memberi jarak, jijik, maupun memberi kasih sayang. Saya percaya, dengan tatapan mata, saya bisa menyampaikan pesan bahwa saya mendengarkanmu. Bahwa kamu adalah manusia, sebagaimana saya. Saya akan memperlakukanmu sebagaimana saya ingin diperlakukan.
Saya minta maaf apabila saya salah memahamimu.)