Senin, 16 Februari 2009

Rachel Getting Married

Ketika saya sedang membolak-balik sebundel daftar film lama, Tesya, penjaga movie rental Zoe, berkomentar, "Ada yang baru kok, Mas." Ia lantas menunjukan saya daftar film yang dimaksudnya. Setelah melihat-lihat sebentar, saya pun memutuskan untuk meminjam Rachel Getting Married.

***

Rachel Getting Married bercerita tentang Kym (Anne Hathaway), seorang pecandu self-centered yang sejenak pulang dari tempat rehabilitasi untuk menghadiri pernikahan kakaknya Rachel (Rosemarie DeWitt). Pernikahan Rachel ini merupakan kesempatan bagi Kym untuk menghadapi keluarga dan masa lalunya, dua hal yang memicunya untuk menjadi pecandu.

Sebagian orang mungkin tertarik menonton Rachel Getting Married karena penasaran dengan akting Anne Hathaway yang diganjar nominasi Oscar. Sebagian lainnya tertarik karena mengetahui bahwa film ini disutradarai oleh Jonathan Demme (The Silence of the Lambs, Beloved, dan Philadelphia) dan mendapat sambutan yang hangat dari para kritikus. Saya sendiri menonton Rachel Getting Married karena tertarik dengan film-film bertemakan perkawinan. Di satu sisi, film-film seperti ini menawarkan seluk beluk perkawinan: busana pasangan pengantin, dekorasi, detail upacara, dsb. Namun di sisi lain, film-film bertema pernikahan juga kerap mengangkat isu disfungsionalitas hubungan antar manusia. Bagaimana akhirnya pernikahan itu sendiri mempengaruhi dan memberi makna tersendiri bagi hubungan setiap orang yang terlibat di dalamnya. Contoh: Margot At The Wedding, After The Wedding, and The Wedding Banquet. (Maksud saya bukan Bride Wars.)

Dalam hal tersebut (mengangkat isu tentang disfungsionalitas), Rachel Getting Married menang mutlak dari film-film tentang perkawinan saingannya. Film ini menawarkan segalanya: persaingan kakak-adik, perjalanan menghadapi masa lalu, perbaikan hubungan dengan keluarga, dsb. Sebagaimanapun sebalnya seseorang terhadap saudaranya saat ini, mereka adalah orang-orang yang most likely ada bersama orang itu pada hari tua nanti. Tema cerita yang kuat tersebut didukung akting-akting yang meyakinkan. Anne Hathaway dan Bill Irwin (yang berperan sebagai ayah Rachel dan Kym) layak mendapat acungan jempol. Setelah menonton Rachel Getting Married, Margot At The Wedding jadi terasa cerewet dan pretensius.

Meskipun momen menyedihkan lebih banyak mengemuka, tetapi warna film ini yang cukup terang dan menyenangkan. (Rachel Getting Married disyut dengan kamera High Definition). Gambarnya bergerak-gerak dinamis (sepertinya kameranya dipegang dengan tangan) memberikan kesan intim pada karakter-karakter yang menjadi fokus kamera. Perkawinannya pun unik tetapi elegan, Rachel yang berkulit putih menikahi Sidney, produser musik yang berkulit hitam. Gaya upacara perkawinan mereka merupakan fusion dari berbagai macam kebudayaan, bahkan pakaian yang mereka kenakan bernuansa India. Dan berhubung Sidney adalah produser musik, maka pernikahan mereka penuh dengan beraneka macam musik. Mulai dari klasik, blues, R&B (Ada Tamyra Gray di sini.), rock; pokoknya seperti musik yang ada di iPod saja. Akan tetapi kemunculan banyak musik tidak mengganggu, justru malah menambah warna film ini.

Akhir kata, Rachel Getting Married secara resmi menjadi film favorit saya yang terbaru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar