Kamis, 08 Januari 2009

Laika

FRS tinggal sehari lagi, tiba-tiba saya jadi keranjingan membaca. Bosan dengan buku-buku yang isinya tulisan semua, saya pun memilih Laika, sebuah graphic novel (komik yang bertema berat, seperti novel) karya Nick Abadzis.

Laika ditulis berdasarkan kisah nyata seekor anjing, bernama Laika tentu saja, yang merupakan makhluk hidup pertama yang dikirimkan ke ruang angkasa. Cerita ini berlatar pada awal Perang Dingin, sekitar tahun 1950-1960an, di mana Uni Soviet dan Amerika Serikat bersaing ketat di segala bidang, termasuk teknologi penjelajahan ruang angkasa. Setelah Rusia berhasil meluncurkan satelit tanpa awak Sputnik I, yang sukses menjadi simbol keberhasilan propaganda Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan adidaya, diceritakan Presiden Nikita Kruschev menjadi semakin bernafsu untuk memamerkan teknologi yang dimiliki negaranya. Maka untuk merayakan ulang tahun revolusi Uni Soviet, Kruschev memerintahkan agar para ilmuwannya kembali meluncurkan satelit dalam tenggat waktu satu bulan. Tentu saja satelit kali ini mesti berbeda dengan satelit yang pertama. Untuk itu, para ilmuwan maju dengan ide mengirimkan anjing ke ruang angkasa.

Sebetulnya saya sudah mengincar Laika sejak beberapa minggu yang lalu, hanya saja harganya terlampau mahal. Untuk sebuah komik yang tidak menyertakan nugget (deskripsi cerita di sampul belakang), Laika dibandrol seharga 63 ribu rupiah. (50 ribuan, harga Toko Buku Diskon Togamas.) Di sampulnya tidak ada endorsement maupun tanda-tanda komik ini pernah mendapat penghargaan, alhasil membeli Laika sebetulnya setengah berjudi karena saya tidak tahu ceritanya memang bagus atau tidak. Belakangan, baru diketahui bahwa graphic novel ini memenangkan Eisner Award (penghargaan tertinggi untuk karya komik) pada kategori Komik Terbaik Untuk Remaja, dan menjadi nominator untuk kategori Komik Terbaik Berdasarkan Kisah Nyata.

Bisa dibilang Laika sangat baik dari segi cerita maupun akurasi fakta. Emosi pembaca besar kemungkinan akan teraduk-aduk oleh alur cerita komik full-color ini, apalagi kalau pembaca tersebut pecinta anjing atau memiliki hewan peliharaan. Ketika membaca Laika, saya tidak merasa menemukan pesan-pesan politis yang eksplisit, seperti: Komunisme itu dekat dengan Fasisme, dsb. Dan ini adalah nilai tambah. Saya jadi teringat komik Tintin yang pernah saya baca ketika anak-anak: Ekspedisi ke Bulan dan Penjelajahan di Bulan. "Apakah ada propaganda dalam komik Tintin?" Tampaknya pilihan Nick Abadzis untuk tetap berfokus pada interaksi Laika dengan manusia di sekitarnya, merupakan pendekatan tepat untuk membuat pembaca bersimpati pada anjing yang luar biasa ini.

Laika diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Berhubung gambarnya berwarna semua, kertasnya jadi agak bagusan. Wajar bila harganya mahal. Direkomendasikan untuk penggemar novel grafis dan orang-orang yang tertarik mempelajari perang dingin, terutama perang teknologi ruang angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar