Kamis, 15 Januari 2009

Vicky Cristina Barcelona

Hari Senin ketika mengembalikan film ke Comic Corner, penjaga rentalnya, Tesya, sedang tidak ada di balik meja. Sambil menunggu dia, saya melihat-lihat sambil bertanya-tanya, "Ada film baru apa, nih?" Tidak berapa lama, penjaga rental datang dan tangan saya sudah menggenggam display Vicky Cristina Barcelona. Huh, di saat saya sudah berniat tidak akan meminjam film lagi.

Vicky Cristina Barcelona bercerita tentang dua gadis Amerika yang menghabiskan musim panas di Barcelona, Vicky dan Cristina. Apabila Vicky (Rebecca Hall) adalah seorang rasional yang ke Barcelona untuk menyusun tesis masternya tentang budaya Catalan, sedangkan Cristina (Scarlett Johannson) merupakan gadis impulsif pada fase di mana sensualitasnya jauh lebih menonjol daripada aspek-aspek lain kepribadiannya. Kedua sahabat ini sependapat hampir di semua hal, kecuali soal cinta. Pada suatu hari pandangan masing-masing soal cinta diuji dengan kehadiran pelukis playboy Juan Antonio (Javier Bardem), beserta Maria Elena (Penelope Cruz), mantan istrinya yang gila.

Film yang baru mendapat piala Golden Globe kategori Film Komedi Terbaik ini ditulis dan disutradarai Woody Allen, salah satu favorit saya. Kebanyakan film-film Allen yang saya tonton berpremiskan sebuah ide yang sederhana, mulai dari Annie Hall, Match Point, Scoop, Hollywood Ending, sampai Melinda and Melinda. Premis dasar Vicky Cristina Barcelona sendiri adalah bagaimana dua orang dengan pendapat yang begitu berlawanan tentang cinta bisa sampai jatuh hati kepada orang yang sama. I know it sounds cheesy. Namun jangan pernah mengharapkan cerita yang logis dan rasional ketika menonton karya Woody Allen. Anggap saja ini sebagai sebuah dongeng kecil yang menyenangkan. Oh ya dalam Vicky Cristina Barcelona, Allen menggunakan narasi voice over yang membuatnya lebih leluasa membuat alur film ini bergulir dari satu highlight ke highlight lainnya alih-alih mengkonstruksi adegan-adegan dengan prinsip sebab-akibat.

Penonton Vicky Cristina Barcelona tidak hanya akan dimanjakan dengan pemandangan indah Barcelona beserta bangunan arsitektur karya Gaudi-nya, tetapi juga dengan akting dan tampang para aktor-aktrisnya yang tidak jelek: Scarlett Johannson, Penelope Cruz yang sukses memerankan wanita-cantik-berbakat-tapi-sinting, Rebecca Hall yang selalu menarik (ia menjadi istri Christian Bale dalam film The Prestige, dan menjadi fling-nya James McAvoy dalam Starter for 10), dan Javier Bardem (pembunuh bercukuran aneh dalam No Country for Old Men, yang sukses berperan sebagai playboy berat!). Semuanya berperan sesuai dengan porsinya, membuat dongeng ini semakin plausible saja. Selain itu, yang layak untuk disebutkan adalah dialog-dialog yang cerdas dan lucu, sesuatu yang akan selalu dinantikan setiap penggemar ketika menonton film-film Woody Allen.

Namun biar bagaimanapun, apabila menginginkan tontonan yang lebih gelap, akan selalu ada The Curious Case of Benjamin Button dan Revolutionary Road.

2 komentar:

  1. gw no comment karena belon nonton. jadi gw ga baca postingannya demi menghindari spoiler (yg sebetulnya sudah gw denger dari seseorang yg menceritakan cerpen di new york times whatsoever).

    gw cuma mo bilang blog lu udh gw link di blog gw (eh boleh kan?)

    BalasHapus
  2. Boleh. Btw, resensi gw tidak membeberkan jalan cerita secara gamblang kok. Tapi kalo lu nggak mau sekarang, bacanya pas habis nonton saja.

    BalasHapus